Filantropi, yang berasal dari kata Yunani “philanthropia” yang berarti cinta terhadap manusia, telah menjadi bagian integral dari sejarah manusia selama ribuan tahun.
Bentuk-bentuk awal filantropi sering kali terkait dengan tradisi keagamaan dan moral yang mendorong bantuan kepada yang membutuhkan. Berikut adalah pandangan mendalam tentang evolusi filantropi dari zaman kuno hingga era modern.
Zaman Kuno
Sejarah filantropi dapat ditelusuri kembali ke peradaban kuno seperti Mesir, Yunani, dan Romawi. Di Mesir kuno, ada konsep “ma’at,” yang mencerminkan keseimbangan dan keadilan, mendorong bantuan kepada yang miskin. Di Yunani kuno, filantropi diwujudkan melalui sumbangan publik untuk proyek-proyek kota, seperti pembangunan teater dan stadion.
Di Roma kuno, konsep “patronage” muncul, di mana warga kaya mendukung individu atau keluarga yang kurang mampu dalam pertukaran untuk loyalitas dan dukungan politik. Kekaisaran Romawi juga mengembangkan program distribusi makanan untuk warga miskin yang dikenal sebagai “Annona.”
Abad Pertengahan
Selama Abad Pertengahan, filantropi sering kali terkait erat dengan ajaran agama. Gereja Katolik, misalnya, memainkan peran penting dalam menyediakan amal melalui biara dan ordo keagamaan. Konsep zakat dalam Islam, yang merupakan salah satu dari lima rukun Islam, mewajibkan umat Muslim untuk memberikan sebagian dari kekayaan mereka kepada yang membutuhkan.
Di Eropa abad pertengahan, amal sering kali diwujudkan dalam bentuk bantuan kepada yang miskin, pendirian rumah sakit, dan penyediaan makanan kepada yang lapar. Institusi-institusi seperti almshouses dan rumah sakit amal menjadi umum, didirikan oleh individu kaya yang ingin mengamankan tempat mereka di surga.
Abad Pencerahan
Selama Abad Pencerahan, pandangan tentang filantropi mulai bergeser. Pemikiran rasional dan humanis mendorong ide bahwa membantu sesama manusia adalah tanggung jawab moral dan etis. Ini adalah periode di mana pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kesejahteraan umum mulai mendapatkan perhatian lebih besar.
Tokoh-tokoh seperti Benjamin Franklin di Amerika Serikat menjadi panutan filantropi dengan mendirikan perpustakaan, sekolah, dan organisasi amal. Di Inggris, reformasi sosial mulai terjadi dengan fokus pada mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kondisi hidup masyarakat miskin melalui undang-undang dan program bantuan.
Abad ke-19 dan ke-20
Abad ke-19 melihat kebangkitan filantropi industri, di mana pengusaha kaya seperti Andrew Carnegie dan John D. Rockefeller di Amerika Serikat menggunakan kekayaan mereka untuk mendirikan yayasan dan mendukung pendidikan, ilmu pengetahuan, dan seni. Andrew Carnegie terkenal dengan esainya “The Gospel of Wealth,” yang mendorong orang kaya untuk menggunakan kekayaan mereka untuk kebaikan masyarakat.